Raden Kiansantang lahir tahun 1315 M di Tatar Pasundan, wilayah barat pulau jawa. Nama kecil Raden Kian Santang sesudah menuntut ilmu di Mekkah berubah nama menjadi Galantrang, penamaan itu ia dapat, ketika ia mencari seseorang yang dapat mengalahkan kekuatanya. Raden Kiansantang atau biasa disebut Raden Sangara atau Syekh Sunan Rohmat Suci, adalah Putra Prabu Siliwangi atau Sri Baduga Maharaja yang tak lain adalah Raja Pakuan Pajajaran dengan Nyi Subang Larang. Pernikahan Prabu Siliwangi dengan Nyi Subang Larang dinikahkan oleh gurunya Nyi Subang Larang yaitu bernama Syek Quro Karawang. Dalam pernikahan ini ia dikaruniai 1 orang putri dan 2 orang putra. Yaitu Walangsungsang Pangeran Cakrabuana, Rara Santang, dan dan Prabu Kiansantang. Pada usia 22 tahun, Prabu Kiansantang diangkat menjadi Dalem Bogor ke 2 yang saat itu bertepatan dengan upacara penyerahan tongkat pusaka kerajaan dan penobatan prabu Munding Kawati, Putra Sulung Prabu Susuk tunggal, menjadi panglima besar Pajajaran. Guna mengenang peristiwa sakral penobatan dan penyerahan tongkat pusaka Pajajaran tersebut. Yang kelak di tulis dalam prasasti Batu tulis Bogor. Menurut legenda, Raden Kiansantang merupakan sinatria yang terkenal, gagah dan perkasa. Tidak ada yang bisa mengalahkan kekuatanya hingga 33 tahun lamanya ia terus mencari di pulau Jawa, siapa yang dapat menandinginya. Hingga akhirnya kesombongan itu menjadi kekhawatiran yang meresahkan hatinya. Prabu Kiansantang memberanikan dirinya memohon kepada ayahnya agar mencarikan siapa yang dapat menandinginya, sang ayah pun memanggil para ahli nujum untuk menunjukan siapa dan dimana ada orang gagah dan sakti yang dapat menandingi kegagahan anaknya. Namun tak seorangpun yang mampu menunjukanya. Namun, suatu hari Prabu Kiansantang didatangi oleh seorang yang sudah renta. Dibalik kedatanganya, ia diberitahu bahwa ada orang dapat menandingi kekuatanya. Sang kakek pun memberitahu namanya yaitu Sayyidina Ali yang tinggal jauh di tanah Mekah. Jika dilihat dari tahunya. Ketidakwajaran pertemuan itu berlangsung karena tahun wafat dan bergurunya Prabu Kiansantang berbeda kian jauh. Tetapi kejadian ini dipertemukan secara goib dengan kekuasaan Allah yang maha kuasa. Namun dibalik pemberitahuanya itu terdapat dua syarat yang harus dilaksanakan sebelum bertemu Sayyidina Ali. Pertama, Prabu Kiansantang harus mujasmedi di ujung kulon, kedua, nama harus diganti menjadi Galantrang Setra Galantrang-berani,Setra-bersih-suci setelah melaksanakan ia pun bergegas menuju ke tanah suci Mekah. Setiba di tanah Mekkah, ia bertemu seseorang lelaki yang disebut Sayyidina Ali, namun ia tak tahu bila laki-laki tersebut Sayyidina Ali. Prabu Kiansantang langsung menanyakan, kenalkan dengan orang yang bernama Sayyidina Ali? Laki-laki itu pun menjawab bahwa ia kenal. Malah dia mengantarkan ke tempat Sayyidina Ali. Sebelum mengantarkan Prabu Kiansatang. Sayyidina Ali menancapkan tongkat kedalam tanah. Setelah berjalan berpuluh-puluh meter . laki laki itu pun berkata “wahai Gelentrang, tongkat ku ketinggalan, tolong ambilkan” awalnya Gelentrang menolak tapi demi diantarkanya ia pun menerima. Sesampainya tempat awal ia bertemu laki-laki tersebut untuk mengambil tongkatnya yang ketinggalan. Setiba ditempat tongkatnya sudah keadaan tertancap dan iapun berusaha mencabutnya. Beberapa kali ia berusaha tetapi tetap saja tongkat itu tidak bisa dicabut. Tetapi bukanya kecabut malah amblasnya kaki Gelantrang Setra dan mengeluarkan darah dari seluruh tubuhnya. Keadaan Galantrang Setra diketaui oleh Sayyidina Ali. Ia pun kembali dan mencabut tongkat sambil menyebut bismilah dan duakalimat sahadat, pada saat dicabut seketika darahnya hilang. Raden Kiansantang pun keherenan dan ia berniat meminta bacaan tersebut akan tetapi laki-laki itu menolak dengan alasan bahwa dirinya belum masuk islam. Namun saat melanjutkan perjalanan dengan laki-laki tersebut. Ada yang memanggilnya dengan ucapan “kenapa anda Ali pulang terlambat?” seketika Gelantrang Setra pun kaget ternyata yang bersama dirinya itu Ali. Pada tahun 1348 M Prabu Kiansantang masuk Islam. Ia menetap selama 20 hari sambil mempelajari agama islam. Kemudian ia pulang ke tanah Pajajaran untuk menengok ayahnya Prabu Siliwangi dan berniat mengajak ayahnya untuk masuk Islam. Pada tahun 1355 M ia kembali lagi ke Mekkah untuk belajar agama Islam dengan khusu. Dan kembali lagi ke Pajajaran pada tahun 1362 M. dan ia berniat menyebarkan agama islam di tanah jawa, dalam fitroh-nya membawa keselamatan dunia dan akhirat. Penulis Anisa Anggraeni Saldin Editor Sejarah Cirebon
prabusurya kencana atau raga mulya (1567 - 1579) raja terakhir dari silsilah kerjaan sunda, beliau islam karena sudah masuknya mataram ke jawa barat. Punten anu terang keturunan ti nyimas rara santang,prabu kian santang, sarengpi prabu walangsungsang emal yaa ke butikmasshop@gmail.com. haturnuhun sadayana. ( WALIYULLOH JAYA DEWATA- Inilah ciri ciri keturunan raden kian santang, pembahasan tentang aneka hal yang erat kaitannya dengan ciri ciri keturunan raden kian santang serta keajaiban-keajaiban dunia sejumlah artikel penting tentang ciri ciri keturunan raden kian santang berikut ini dan pilih yang terbaik untuk Anda.…Santang juga demikian, selalu berakhir dengan asumsi penuh ketidakpastian. Kian Santang adalah putera dari Prabu Siliwangi, raja Padjajaran yang terkenal dengan pusaka Kujang Kembarnya. Kian Santang adalah anak bungsu dari……mereka tipis. Yafith menurunkan keturunan yang berwajah datar dan bermata kecil atau sipit. Sedangkan Sam menurunkan keturunan yang berwajah tampan dan berambut indah. Keturunan Ham Kush bin Ham Ibnu Thabari……menyampaikan bahwa Raden Wijaya menyerah dan bermaksud untuk mengabdi kepada Prabu Jayakatwang. Permohonan tersebut disetujui oleh Prabu Jayakatwang. buah maja Raden Wijaya Berangkat ke Kediri Raden Wijaya kemudian berangkat ke……Patih Mundarang, Raden Wijaya memancal tanah bajakan sehingga jatuh didada dan dahi ki Patih ,Raden Wijaya pun berhasil lolos dari kejaran musuh. Pasukan Raden Wijaya Melarikan Diri Setelah beristirahat sejenak……luar adalah Yupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus. CIRI-CIRI PLANET DALAM Planet Bagian Dalam Tata Surya Nah, ciri-ciri planet dalam terrestial planets atau planet kebumian adalah Memiliki komposisi batuan yang padat,……keturunan-keturunannya yang kemudian menjadi para dewa mulai dari Batara Guru sampai raja-raja di Tanah Jawi. Di lain pihak, Sayid Anwas yang besar dalam asuhan Nabi Adam, keturunanya kemudian menjadi manusia-manusia……dinisbatkan kepada keturunan Bangsa Malai yang tinggal di ujung utara pulau sumatera. Bangsa yang pertama datang adalah Bangsa Hindia Malaya Himalaya. Bangsa Himalaya merupakan interaksi antara Bangsa Hindia keturunan Kusy……putra di antaranya adalah 1. Ratu Pembayun Lajer Putri 2. Raden Bondhan Kejawan / Lembupeteng Tarub Lajer Putra 3. Raden Patah / Jin Bun / Sultan Buntoro Demak I……yang sering melekat pada bangsa Yahudi, yakni Ibri, Israel, dan Yahudi. Bangsa Yahudi adalah keturunan dari ras Semit yang umumnya memiliki ciri-ciri fisik berambut pirang, bermata biru dan berhidung besar…Demikianlah beberapa ulasan tentang ciri ciri keturunan raden kian santang. Jika Anda merasa belum jelas, bisa juga langsung mengajukan pertanyaan kepada MENARIK LAINNYAmanfaat pohon kaboa, Java tel aviv, kayu tlogosari, orang terkaya di dharmasraya, naskah drama bahasa sunda 10 orang, sunan pangkat, tokoh wayang berdasarkan weton, penguasa gaib pulau sumatera, Ki sapu angin, 9 gunung suci di jawa
DikeluarkanMenghadapi Kian Santang | KEMBALINYA RADEN KIAN SANTANG Temani hari-hari cerahmu selalu dengan Teh Pucuk, manisnya pas, gak nyangkut di leher dan gak bikin haus!! Yuk tonton Kembalinya Raden Kian Santang hari ini pukul 20.20 di MNCTV!! Subscribe MNCTV Official X-vid Channel Follow our social media - Twitter bit.ly Kian Santang adalah tokoh tasawuf dari tanah pasundan yang ceritanya melegenda khususnya di hati masarakat pasundan dan kaum tasawuf ditanah air pada umumnya. Tokoh kian-santang ini pertama kali berhembus dan dikisahkan oleh raden CAKRABUANA atau pangeran walangsungsang ketika menyebarkan islam di tanah cirebon dan pasundan. Pangeran cakrabuana adalah anak dari prabu sili-wangi atau jaya dewata raja pajajaran, yang dilahirkan dari permaisuri ketiga yang bernama nyi subang larang, subang-larang sendiri murid dari mubaliq kondang yaitu syeh maulana-hasanudin atau terkenal dengan syeh kuro krawang. Sejarah Disebut’ atau di panggil “Kian San Tang” Mulanya yaitu, ketika raden walangsungsang memilih untuk pergi meninggalkan galuh pakuan atau pajajaran, yang di sibebabkan oleh keberbedaan haluan dengan keyakinan ayahnya yang memeluk agama “shangyang”, pada waktu itu. diriwayatkan beliau berkelana mensyi’arkan islam bersama adiknya yaitu rara santang ibu dari syarif hidayatullah atau “sunan gunung jati” dengan membuka perkampungan di pesisir utara yang menjadi cikal-bakal kerajaan caruban atau kasunanan cirebon yang sekarang adalah “kota madya cirebon”. Silsilah prabu Kian Santang Legenda kian-santang sendiri diambil dari sebuah kisah nyata, dari tanah pasundan tempo dulu yang ceritanya pada waktu itu tersimpan rapi berbentuk buku di perpustakaan kerajaan pajajaran. Karena pajajaran adalah hasil penyatuan dua kerajaan antara galuh dan kerajaan sunda pura yang dimana kerajaan galuh dan sundapura adalah dua kerajaan pecahan dari taruma negara, yang di masa prabu PURNA-WARMAN yaitu raja ketiga dari kerajaan taruma negara yang di pecah menjadi dua yaitu tarumanegara yang berganti sundapura dan ibukota lama menjadi galuh pakuan. Dan jaya dewata menyatukan kembali dua pecahan kerajaan taruma negara menjadi pajajaran. Silsilah prabu Kian Santang Di mana di kisahkan pada waktu itu yaitu abad ke 4m atau tahun 450 pernah terdapat putra mahkota yang sakti mandraguna bernama GAGAK LUMAYUNG yang dalam ceritanya “di tataran suda dan sekitarnya ,tak ada yang mampu mengalahkan ilmu kesaktiannya. hingga suatu saat datang pasukan dari dinasti TANG yang hendak menaklukkan kerajaan tarumanegara. namun berkat gagak lumayung, pasukan TANG dapat di halau dan tunggang-langgang meninggalkan taruma negara. Semenjak itu raden gagak lumayung di beri sebutan ”KI AN SAN TANG” atau ”penakluk pasukan tang” Di ceritakan sang kiansantang ini karena saking saktinya hingga dia rindu kepingin melihat darahnya sendiri. Hingga sampailah di suatu ketika sa’at dia mendapat wangsit di tapabratanya bahwah di tanah arab terdapat orang sakti mandraguna. Kisah Asal Mula Kian Santang Masuk Islam Konon dengan ajian napak sancangnya raden kian santang mampu mengarungi lautan dengan berkuda saja. “Di mana dalam ceritanya ketika sampai di pesisir beliau bertemu seorang kakek ,dan padanya dia minta untuk di tunjukan di mana orang sakti yang kian santang maksud tersebut”. Dan dengan senang hati si-kakek tersebut menyanggupinya dan sementara dia mengajak beliau “kiansantang” untuk mampir dulu ke rumahnya. Al-kisah setelah sampai di rumahnya tongkat dari sang kakek tersebut tertinggal di pesisir dan minta kian santang untuk mengambilkanya ,konon dikisahkan si-kian santang tak mampu mencabutnya sampai tanganya berdarah-darah ,disitulah kian santang baru sadar kalau kakek itu adalah orang yang di carinya. Dan akhirnya dengan membaca kalimah syahadat yang di ajarkan sang kakek tadi “yang akhirnya menjadi guru spiritualnya” tongkat tersebut dapat di cabut . Cerita tersebut membumi sekali sampai saat sekarang. Dan yang aneh, kebanyakan orang menduga kalau kian santang itu adalah raden walang sungsang. Padahal banyak sekali cerita yang sepadan dengan kisah raden walang sungsang tersebut. Yang sesungguhnya dialah yang mengisahkan justru dialah yang di kira pelaku raden walang sungsang atau pangeran cakrabuana sebagai tokoh yang diceritakan itu. Tujuannya adalah hanya sebagai media dakwah dan penyebaran islam di bumi cirbon dan sekitarnya. Sehingga sampai sekarang banyak kalangan yang menyangka raden walangsungsang adalah kian santang bahkan ada yang menafikan kian santang adalah adik cakrabuana dan kakak dari rara santang. Al Qur’an –Prabu Kian Santang Raden walangsungsang mengambil cerita ini dari perpustakaan kerajaan pajajaran dengan pertimbangan karena kisah itu mirip dengan kisahnya, Yang di mana kian santang setelah pulang dari arab dia ingin meng-islamkan ayahnya prabu purnawarman namun di tolaknya dan kian santang memilih meninggalkan istana dan tahtanya di berikan adiknya yaitu darmayawarman. Begitu pula raden walang sungsang yang pernah merantau ke arab dan meningkahkan adiknya rara santang yang di ambil istri oleh putra kerajaan mesir waktu itu dan pernikahan berlangsum di mesir yang dari perkawinan inilah nanti akan lahirlah raden syarif hidayatullah atau sunan gunung jati. Keinginan Walangsungsang untuk meng-islamkan prabu siliwangi ditolak mentah-mentah dan ayahnya tidak ingin bertarung dengan anaknya maka dia memilih mensucikan diri atau bertapa, konon beliau menjelma macan putih. Pengambilan kisah penokohan dalam sebuah ceritra seperti ini sebenarnya pernah pula terjadi pada era sebelum raden walang sungsang yang tepatnya dilakukan oleh raja jaya-baya raja islam pertama di tanah jawa dari kerajaan panjalu atau kediri, di mana suaktu masih di pegang raja airlangga kerajaan tersebut bernama kerajaan KAHURIPAN dan karena kedua anaknya semua meminta tahta maka kahuripan di bagi dua yaitu panjalu dan jenggala. Sepanjang perkembangan dua kerajaan tersebut selalu bermusuhan dan pada masa kerajaan panjalu dirajai oleh jaya baya, panjalu mampu menaklukkan jenggala dan di satukan lagi antara jenggala dan panjalu. Pada waktu panjalu menaklukkan jenggala rajanya jaya-baya meminta empu sedha dan empu panuluh untuk mengutip naskah dari india yang judulnya maha barata. namun di ferifikasi dengan gaya jawa. Sebagai perlambang atas kemenangan perang saudara panjalu atas jenggala. Yang akhirnya kitab tersebut di beri judul barata-yuda. Dan dalam kisah klasik jawa ini banyak kalangan masarakat yang mengira bahwa jaya baya adalah kelanjutan dari trah barata yaitu cicit dari parikesit putra abimanyu. Juga kisah lainnya yang serupa pernah pula hadir kemasarakat yang tujuannya waktu itu sebagai media dakwah untuk melindungi rongrongan ajaran syariat terhadap kaum ketika bergerak menyebarkan islam WALI SONGO menurt banyak kalangan membuat cerita al-halaq fersi indonesia yaitu syeh siti jenar. Yang menurut Doktor Simon dari UGM Yogja berdasarkan temuannya karya-karya besar berupa naskah suluk dari sunan kali jaga dan lain sebagainya. Dapat di pastikan tokoh siti jenar adalah imajener hanya untuk media dakwah dan melindungi islam agar tetap pada ajaran ahlusunah wa jamaah. Dan sampai saat ini pendapat itu masih simpang siur dan menjadi perdebatan dan polemik panjang oleh para ahli sejarah di tanah air. Versi lain dari Kisah Kian Santang masuk Agama Islam Setelah selesai mujasmedi, Galantrang Setra meninggalkan Pajajaran menuju Tanah Mekkah dengan membawa bekal secukupnya. Hatinya tak sabar lagi ingin bertemu Sayyidina Ali. Sepanjang perjalanan dia membayangkan pertarungan hebat antara dirinya dengan orang Mekkah tersebut. Terbesit juga dalam pikirannya bahwa akhirnya dialah yang menang. Dengan begitu maka dia akan dikenal sebagai pendekar pinunjul di seluruh jagat, bukan hanya di tanah Pasundan. Kisah Kian Santang di Mekah Betapa kecewa hati Kiansantang karena ayahnya menolak masuk Islam. Padahal menurutnya, Islam-lah agama yang benar. Dengan susah payah, dia membujuk ayahnya. Tapi tiada hasilnya. Prabu Siliwangi tetap memuja dewa. Hal ini membuatnya sadar, bahwa pengetahuannya tentang Islam masih sedikit sekali dan belum memahami cara-cara dakwah. Akhirnya dia kembali ke Mekkah untuk belajar Islam lebih mendalam. Setelah tujuh tahun bermukim di sana, Prabu Kiansantang pulang lagi ke Pajajaran bersama dengan saudagar Arab. Saudagar itu bertujuan untuk berdagang di Pajajaran sambil membantu Kiansantang menyebarkan Islam. Dengan bantuan para saudagar, Kiansantang menyebarkan Islam di kalangan masyarakat. Rencananya dia juga akan menyebarkan Islam di kalangan istana, terutama mengislamkan ayahandanya. Keinginan Ayahnya Masuk Islam Setelah tidak berhasil mengislamkan ayahnya, Kiansantang pulang kembali ke keraton Pajajaran di Bogor. Dia biarkan ayah dan semua pengiringnya bersembunyi di Goa Sancang. Dalam perjalanan pulang, dia bertemu dengan seseorang yang katanya sedang mencari-cari dirinya. Orang itu mengaku ingin masuk Islam. Tentu saja ini membuatnya sangat gembira. Ternyata ada orang yang dengan sukarela sudi masuk agama Allah. Maka dia pun membimbing orang asing itu mengucapkan dua kalimah syahadat. Kiansantang mengajarkan bahwa Islam itu sangat memperhatikan kebersihan. Bahkan kebersihan itu bagian dari iman. Karena itu, seorang muslim harus selalu membersihkan dirinya, baik kebersihan lahir maupun batin. Salah satu bagian tubuh yang harus dibersihkan adalah kemaluan. Jika kemaluan tidak bersih dari najis, maka tidak syah shalatnya. Sedangkan dzakar sulit dibersihkan karena ada kuncupnya. Supaya gampang dibersihkan, maka kuncupnya harus dibuang. Akhirnya orang yang baru masuk Islam itupun mau dikhitan. Acara khitanan dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi, tanpa resepsi dan yang mengkhitan pun Kiansantang sendiri. Mungkin karena terlalu gembira dan belum banyak pengalaman, Kiansantang gugup ketika mengkhitan, sehingga bukan hanya kuncupnya yang terpotong, tapi juga batang dzakarnya. Akibatnya orang itu mati. Mungkin karena kehabisan darah. Prabu Kiansantang Dan Aji Suket Kalanjana“Niat ingsun amatek ajiku si suket kalanjana, aji pengawasan soko sang hyang pramana, byar padhang jumengglang paningalingsun, sakabehing sipat podho katon saking kersaning Allah” Untuk memiliki ajian ini maka harus menjalani laku yang berat yaitu puasa 40 hari, patigeni sehari semalam mulai hari Kamis Kliwon. Mantra dibaca setiap jam 12 malam selama menjalani puasa dan patigeni. Cakrabuana, Syarif Hidayatullah, dan Kian Santang; Tiga Tokoh Penyebar Agama Islam di Tanah Pasundan BERBICARA tentang proses masuknya Islam Islamisasi di seluruh tanah Pasundan atau tatar Sunda yang sekarang masuk ke dalam wilayah Provinsi Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat, maka mesti berbicara tentang tokoh penyebar dari agama mayoritas yang dianut suku Sunda tersebut. Menurut sumber sejarah lokal baik lisan maupun tulisan bahwa tokoh utama penyebar Islam awal di tanah Pasundan adalah tiga orang keturunan raja Pajajaran, yaitu Pangeran Cakrabuana, Syarif Hidayatullah, dan Prabu Kian Santang. Sampai saat ini, masih terdapat sebagian penulis sejarah yang meragukan keberadaan dan peran dari ketiga tokoh tersebut. Munculnya keraguan itu salah satunya disebabkan oleh banyaknya nama yang ditujukan kepada mereka. Misalnya, dalam catatan beberapa penulis sejarah nasional disebutkan bahwa nama Paletehan Fadhilah Khan disamakan dengan Syarif Hidayatullah. Padahal dalam sumber sejarah lokal cerita babad, dua nama tersebut merupakan dua nama berbeda dari dua aktor sejarah dan memiliki peranan serta kedudukan yang berbeda pula dalam proses penyebaran Islam di tanah Pasundan dan Nusantara. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa yang pertama sukses menyebarkan agama Islam di tatar Sunda adalah Pangeran Cakrabuana atau Walangsungsang atau Ki Samadullah atau Haji Abdullah Iman. Ia merupakan Kakak Nyai Mas Lara Santang dan Kian Santang, dan ketiganya merupakan anak-anak dari Prabu Siliwangi. Dengan demikian, ia merupakan paman ua; Sunda dari Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati. Ia dimakamkan di Gunung Sembung dan makamnya berada luar komplek pemakaman panyawéran; Sunda Sunan Gunung Jati. Tokoh Syarif Hidayatullah Tokoh Kian Santang dalam menyebarkan agama Islam Senjata Pusaka – Prabu Kian Santang Dalam sejarah Godog, Kian Santang disebutnya sebagai orang suci dari Cirebon yang pergi ke Preanger Priangan dan dari pantai utara. Ia membawa sejumlah pengikut agama Islam. Adapun yang menjadi sahabat Kian Santang setelah mereka masuk Islam dan bersama-sama menyebarkan Islam, menurut P. de Roo de la Faille, berjumlah 11 orang, yaitu 1 Saharepen Nagele, 2 Sembah Dora, 3 Sembu Kuwu Kandang Sakti Sapi, 4 Penghulu Gusti, 5 Raden Halipah Kandang Haur, 6 Prabu Kasiringanwati atau Raden Sinom atau Dalem Lebaksiuh, 7 Saharepen Agung, 8 Panengah, 9 Santuwan Suci, 10 Santuwan Suci Maraja, dan 11 Dalem Pangerjaya. Sumber lainnya yang dapat dijadikan alat bantu untuk mengetahui proses perkembangan Islam di tanah Pasundan ialah artefak fisik seperti keraton, benda-benda pusaka, maqam-maqam para wali, dan pondok pesantren. Khusus mengenai maqam para wali dan penyebar Islam di tanah Pasundan adalah termasuk cukup banyak seperti Syeikh Abdul Muhyi Tasikmalaya, Sunan Rahmat Garut, Eyang Papak Garut, Syeikh Jafar Sidik Garut, Sunan Mansyur Pandeglang, dan Syeikh Qura Kerawang. Lazimnya di sekitar area maqam-maqam itu sering ditemukan naskah-naskah yang memiliki hubungan langsung dengan penyebaran Islam atau dakwah yang telah dilakukan para wali tersebut, baik berupa ajaran fiqh, tasawuf, ilmu kalam, atau kitab al-Qur’an yang tulisannya merupakan tulisan tangan. Pertememuan dengan Sayidina Ali Para petinggi dan raja-raja lokal lainnya yang secara langsung diIslamkan oleh Kian Santang di antaranya, ialah 1 Santowan Suci Mareja sahabat Kian Santang yang makamnya terletak dekat makam Kian Santang; 2 Sunan Sirapuji Raja Panembong, Bayongbong, 3 Sunan Batuwangi yang sekarang terletak di kecamatan Singajaya ia dihadiahi tombak oleh Kian Santang dan sekarang menjadi pusaka Sukapura dan ada di raja-raja lokal inilah selanjutnya Islam menyebar ke seluruh tanah Priangan. Kemudian setelah itu Islam disebarkan oleh para penyebar Islam generasi berikutnya, yaitu para sufi seperti Syeikh Jafar Sidiq Penganut Syatariah di Limbangan, Eyang Papak, Syeikh Fatah Rahmatullah Tanjung Singguru, Samarang, Garut, Syeikh Abdul Muhyi penganut Syatariyah; Pamijahan, Tasikmalaya, dan para menak dan ulama dari Cirebon dan Mataram seperti Pangeran Santri di Sumedang dan Arif Muhammad di Cangkuang Garut. . Kian Santang Pernah menjadi Raja Pajajaran Kian Santang WafatAkhirnya, dia kembali pergi menuju arah utara, ke wilayah Garut. Ketika sampai di sebuah gunung, diletakkanlah peti petunjuk itu di atas tanah. Tiba-tiba si peti godeg alias bergoyang-goyang. Ini pertanda tempat itu baik untuk dihuni. Maka disitulah Kiansantang tinggal hingga wafatnya setelah bertafakur selama sembilan belas tahun. Prasassti Ciburuy -Garut Kiansantang wafat dalam usia seratus enam tahun dan dimakamkan di sana. Kini tempat itu terkenal sebagai Makam Keramat Godog atau Makam Sunan Rohmat Suci. Sekitar satu kilo meter dari tempat ini berdirilah Masjid Pusaka Keramat Godog yang konon dibangun Kiansantang semasa uzlah. Dua tempat itu menjadi bukti adanya wali yang berasal dari keluarga raja Pajajaran. Penutup; Demikianlah sekilas mengenai uraian historis tentang Prabu Kian Santang dan perannya bersama Pangeran Cakrabuana dan Syarif Hidayatullah dalam proses penyebaran Islam di tanah Pasundan yang sekarang menjadi tiga wialyah, yaitu Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten. Berdasarkan uraian di atas, maka terdapat beberapa kesimpulan dan temuan sementara yang dapat dijadikan bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya. Pertama, bahwa orang yang pertama menyebarkan Islam di daerah pesisir utara Cirebon adalah Pangeran Walangsungsang atau Adipati Cakrabuana atau Ki Cakrabumi atau Ki Samadullah atau Syeikh Abdul Iman, yang mendirikan kerajaan pertama Islam Pakungwati. Ia adalah ua dari Syarif Hdiayatullah. Lokasi Petilasan – Prabu Kian Santang Kedua, Kian Santang merupakan anak ketiga dari pasangan Prabu Siliwangi dan Nyi Subang Larang yang beragama Islam. Ia dilahirkan pada tahun 1425, dua puluh lima tahun sebelum lahir Sunan Gunung Jati dan Mualana Syarif Hidayatullah. Ia mulai menyebarkan agama Islam di Godog, Garut pada tahun 1445. Ia adalah penyebar Islam pertama di pedalaman tatar Sunda. Ia merupakan paman dari Syarif Hidayatullah. Ia disebutkan berasal dari wilayah Cirebon, tepatnya dari Kerajaan Sindangkasih Majalengka.Ketiga, Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati adalah nama tokoh yang berbeda dengan Faletehan. Keduanya memiliki peran yang berbeda dalam usaha menyebarkan agama Islam di tanah Pasundan. Mengenai tokoh yang disebutkan sebagai Sayidina Ali dalam cerita ini, memang sedikit kontroversial. Mengingat kejadian, apakah mungkin yang dimaksud Sayidina Ali di sini adalah Ali Bin Abi Tholib RA, khalifah keempat dalam jajaran Khulafaur Rasyidin? Ataukah yang dimaksudkan adalah tokoh Sayidina Ali yang lain, mengingat angka tahun kejadian yang terpaut sangat jauh dengan masa kehidupan Sayidina Ali Bin Abi Tholib RA? Wallahu’alam. Daftar Pustaka• Didi Suryadi. 1977. Babad Limbangan.• Edi S. Ekajati. 1992. Sejarah Lokal Jawa Barat. Jakarta Interumas Sejahtera.• _________. 1995. Kebudayaan Sunda Suatu Pendekatan Sejarahi. Jakarta Pustaka Jaya.• Hamka. 1960. Sejarah Umat Islam. Jakarta Nusantara.• Pemerintahan Propinsi Jawa Barat. 1983. Rintisan Penelusuran Masa Silam Sejarah Jawa Barat.• Sulaemen Anggadiparaja. Sejarah Garut Dari Masa Ke Masa. Diktat.• Yuyus Suherman. 1995. Sejarah Perintisan Penyebaran Islam di Tatar Pustaka.